Minggu, 05-10-2025
  • <strong>TERWUJUDNYA SMP NEGERI 5 LEIHITU YANG UNGGUL DALAM IMTAQ DAN IPTEK YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN</strong> <strong>TERWUJUDNYA SMP NEGERI 5 LEIHITU YANG UNGGUL DALAM IMTAQ DAN IPTEK YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN</strong> <strong>TERWUJUDNYA SMP NEGERI 5 LEIHITU YANG UNGGUL DALAM IMTAQ DAN IPTEK YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN</strong> <strong>TERWUJUDNYA SMP NEGERI 5 LEIHITU YANG UNGGUL DALAM IMTAQ DAN IPTEK YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN</strong> <strong>TERWUJUDNYA SMP NEGERI 5 LEIHITU YANG UNGGUL DALAM IMTAQ DAN IPTEK YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN</strong> <strong>TERWUJUDNYA SMP NEGERI 5 LEIHITU YANG UNGGUL DALAM IMTAQ DAN IPTEK YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN</strong>
  • <strong>TERWUJUDNYA SMP NEGERI 5 LEIHITU YANG UNGGUL DALAM IMTAQ DAN IPTEK YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN</strong> <strong>TERWUJUDNYA SMP NEGERI 5 LEIHITU YANG UNGGUL DALAM IMTAQ DAN IPTEK YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN</strong> <strong>TERWUJUDNYA SMP NEGERI 5 LEIHITU YANG UNGGUL DALAM IMTAQ DAN IPTEK YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN</strong> <strong>TERWUJUDNYA SMP NEGERI 5 LEIHITU YANG UNGGUL DALAM IMTAQ DAN IPTEK YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN</strong> <strong>TERWUJUDNYA SMP NEGERI 5 LEIHITU YANG UNGGUL DALAM IMTAQ DAN IPTEK YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN</strong> <strong>TERWUJUDNYA SMP NEGERI 5 LEIHITU YANG UNGGUL DALAM IMTAQ DAN IPTEK YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN</strong>

Pengantar Pelatihan

Diterbitkan : Rabu, 6 Agustus 2025

1. Latar Belakang

Indonesia menghadapi tantangan yang kompleks di era yang penuh ketidakpastian, termasuk krisis pembelajaran yang berdampak pada rendahnya kualitas pendidikan, meskipun akses pendidikan dasar dan menengah sudah cukup baik. Hasil studi internasional, seperti Programme for International Student Assessment (PISA), menunjukkan rendahnya kemampuan literasi dan numerasi peserta didik Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pendekatan pembelajaran yang kurang efektif, terbatasnya kesempatan guru untuk mengembangkan kreativitas, serta rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik. Kompetensi guru yang masih perlu ditingkatkan dan beban kerja administratif yang berat juga menjadi tantangan signifikan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

Perubahan masa depan sulit diprediksi, dan dunia yang semakin dinamis menuntut adaptasi cepat dalam pendidikan. Tantangan masa depan yang tidak pasti ini mengharuskan sistem pendidikan Indonesia untuk lebih fleksibel dan responsif terhadap perkembangan global, termasuk kemajuan teknologi dan perubahan sosial-ekonomi yang pesat.

Transformasi sistem pendidikan nasional menjadi kebutuhan mendesak untuk mengatasi tantangan tersebut. Transformasi ini harus dilakukan secara terstruktur, sistemik, dan masif, dimulai dari proses pembelajaran di satuan pendidikan melalui pendekatan bottom-up. Selain itu, keberagaman Indonesia merupakan modal penting untuk menciptakan pembelajaran yang kontekstual dan bermakna, dengan pemanfaatan teknologi digital sebagai peluang untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan. Momentum bonus demografi 2035 dan visi Indonesia Emas 2045 menjadi tantangan sekaligus peluang bagi sistem pendidikan Indonesia untuk menciptakan generasi unggul. Indonesia akan memiliki populasi usia produktif yang besar, yang jika dikelola dengan baik, dapat menjadi motor penggerak kemajuan bangsa. Namun, tantangan utama adalah memastikan generasi muda siap menghadapi masa depan dengan kompetensi yang relevan agar dapat bersaing secara global.

Permasalahan mutu pendidikan di Indonesia juga masih menjadi hambatan besar. Rendahnya literasi dan numerasi menunjukkan bahwa banyak peserta didik belum mencapai standar kompetensi dasar. Selain itu, kurangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) menghambat kemampuan peserta didik dalam analisis, evaluasi, dan kreativitas. Ketimpangan mutu pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan semakin memperparah kesenjangan akses terhadap pembelajaran yang berkualitas.
Dalam konteks ini, Pembelajaran Mendalam (PM) hadir sebagai pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran yang selama ini sudah diterapkan. PM bukan kurikulum baru, melainkan pendekatan yang berakar dari berbagai model pembelajaran sebelumnya seperti Cara Belajar Peserta didik Aktif (CBSA), Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM), dan Contextual Teaching and Learning (CTL), namun dengan penyesuaian yang lebih relevan terhadap kebutuhan masa kini. PM menekankan pentingnya pembelajaran yang memuliakan, berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan melalui integrasi olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik.

Untuk menghadapi tantangan masa depan, peserta didik perlu dibekali dengan keterampilan abad ke-21, yang mencakup berpikir kritis dan pemecahan masalah, kolaborasi dan komunikasi, kreativitas dan inovasi, serta literasi digital dan teknologi. Selain itu, penguatan karakter dan nilai seperti integritas, kemandirian, dan adaptabilitas menjadi elemen penting dalam membangun sumber daya manusia yang unggul.
Dalam upaya mendukung penyelenggaraan pelatihan di tingkat daerah secara sistematis dan terarah, maka perlu disusun panduan pelatihan yang akan menjadi acuan. Panduan pelatihan ini mencakup informasi latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup, kerangka kerja PM, rencana kegiatan, dan penjadwalan kegiatan pelatihan. Semoga panduan pelatihan ini bermanfaat dan mempermudah pihak penyelenggara maupun peserta pelatihan.

2. Tujuan

Tujuan Umum.

Meningkatkan kapasitas dan kompetensi guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah sehingga dapat menciptakan budaya belajar yang berkualitas dan berkelanjutan di sekolah.

Tujuan Khusus.

Secara khusus tujuan pembelajaran mendalam bagi kepala sekolah sebagai berikut.

  • menjelaskan konsep dan cara penerapan kerangka kerja pembelajaran mendalam;
  • melakukan penyelarasan pembelajaran mendalam dengan visi, misi dan tujuan satuan pendidikan;
  • menunjukkan kepemimpinan dalam praktik pedagogis, kemitraan pembelajaran, penciptaan lingkungan belajar, dan pemanfaatan digital;
  • mengelola sumber daya penyelenggaraan pembelajaran mendalam; dan
  • menyusun rancangan dan mengimplementasikan kolaborasi inkuiri secara terstruktur.

3. Hasil yang diharapkan

Hasil yang diharapkan setelah pembelajaran pelatihan yang diraih oleh peserta pelatihan adalah sebagai berikut:

  • menjelaskan konsep dan cara penerapan kerangka kerja pembelajaran mendalam secara jelas dan tepat;
  • menyelaraskan visi, misi dan tujuan satuan pendidikan dengan prinsip pembelajaran mendalam;
  • menerapkan kepemimpinan dalam praktik pedagogis, kemitraan pembelajaran, penciptaan lingkungan belajar, dan pemanfaatan digital;
  • mengelola sumber daya penyelenggaraan pembelajaran mendalam secara efektif; dan
  • menyusun rancangan dan mengimplementasikan kolaborasi inkuiri secara terstruktur.

4. Strategi Model

Pelaksanaan pelatihan pembelajaran mendalam bagi kepala sekolah menggunakan pendekatan pembelajaran mendalam dengan pengalaman belajar memahami, menerapkan dan merefleksikan, dengan pola pelatihan menggunakan pola IN-ON-IN. Pelatihan Pembelajaran Mendalam bagi guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah mengakomodasi pembelajaran secara formal (selanjutnya disebut tahap IN-1) dalam pelatihan terstruktur, pembelajaran mempraktikkan materi pelatihan formal di satuan pendidikan masing-masing, berbagi dan belajar bersama dengan inkuiri kolaboratif di kelompok kerja/komunitas belajar sesama guru/kepala sekolah/pengawas sekolah (Tahap ON), dengan pendampingan melalui LMS dan/atau pendampingan langsung ke lokasi baik di kelompok kerja ataupun di sekolah. Selanjutnya dilanjutkan dengan Bimtek Tahap IN-2 untuk berbagi hasil implementasi di pelatihan formal. Tahap terakhir adalah berbagi di komunitas belajar/kelompok kerja di  gugus/kabupaten/kota.

Pelatihan menggunakan pola IN-ON-IN sebagai berikut:

Berdasarkan skema diatas, Pelatihan Pembelajaran Mendalam bagi guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah  ini akan diselenggarakan secara daring kombinasi dengan menggunakan pola IN-ON-IN, yang mengkombinasikan sesi tatap muka dan implementasi mandiri guna memastikan pemahaman mendalam bagi para guru peserta pelatihan. Kegiatan ini akan dipandu oleh fasilitator yang telah mengikuti Bimtek atau TOT sebelumnya, sehingga memiliki kompetensi dalam menyampaikan materi secara efektif dan aplikatif.

Kegiatan pelatihan moda daring kombinasi diwujudkan dalam tahap IN-1 (In-Service Training) yaitu tahap memahami, melalui asinkron dan sinkron tatap muka, peserta akan mendapatkan pemahaman konseptual tentang Pembelajaran Mendalam yaitu materi umum (kebijakan dan orientasi kegiatan), materi inti, dan materi penunjang.

Selanjutnya, dalam tahap ON (On-the-Job Training) yaitu tahap mengaplikasi. Tahap ini merupakan tahapan untuk menerapkan materi yang telah diperoleh pada saat IN 1, dan Inkuiri kolaboratif dikelompok kerja di satdik & sesama pelaksana. Peserta  akan mengimplementasikan materi yang telah dipelajari dalam pembelajaran di kelas mereka masing-masing, tentu saja dengan pendampingan jarak jauh dari fasilitator.  Rincian aktivitas tahap ON (On-the-Job Training) dijelaskan dalam panduan ON terlampir pada lampiran 2.
Tahap IN-2 (In-Service Training) yaitu  merefleksi, peserta akan kembali mengikuti sesi refleksi mendalam berdasar pengalaman belajar yang sudah dilalui dan penguatan konsep, berbagi pengalaman, serta mendiskusikan tantangan dan solusi dalam penerapan pembelajaran mendalam di sekolah,  di pelatihan formal, dan berbagi di komunitas.

Pelaksanaan IN-2 dimulai dengan dilakukan refleksi pembelajaran dan berbagi praktik baik pada pelatihan Pembelajaran Mendalam bagi guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah. Peserta mendapatkan peran dalam melakukan refleksi dan berbagi praktik baik dalam bentuk presentasi yang di fasilitasi oleh fasilitator secara bergantian.

Struktur Program

Penulis : admin

Tulisan Lainnya

IN1.4.C.2. Refleksi Awal

Dibaca : 27 kali

IN1.4.A. Pengantar

Dibaca : 34 kali

IN1.4.G.2. Refleksi Awal

Dibaca : 27 kali

IN1.4.G.1. Pengantar Materi

Dibaca : 29 kali

Archives

"Ami Lete Mena"

Pengumuman